Kenapa Planet Pluto Bisa Menghilang

Kenapa Planet Pluto Bisa Menghilang

Pluto sempat menjadi salah satu planet di Tata Surya, tetapi dikeluarkan dari daftar tersebut pada 2006. Ini alasan Pluto kehilangan statusnya.

Tata surya, seperti yang sempat digaungkan di buku-buku pelajaran IPA masa lalu, memiliki sembilan planet, yakni Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Pluto sebagai yang terjauh.

Pada 24 Agustus 2006, status planet Pluto dicabut. Alasannya, persatuan Astronomi Internasional (IAU) memutuskan untuk mengklasifikasikan ulang Pluto menjadi planet kerdil, sehingga jumlah planet di Tata Surya berkurang menjadi delapan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pluto adalah planet kerdil sesuai definisi dan diakui sebagai prototipe dari kategori baru objek trans-Neptunus," demikian dinyatakan dalam resolusi yang disetujui pada tahun 2006, dikutip dari Space, Jumat (15/11).

Pluto ditemukan oleh Clyde Tombaugh pada 1930. Kala itu para ilmuwan mencari benda langit yang tidak dikenal untuk menjelaskan ketidakteraturan dalam orbit Uranus.

Tombaugh yang merupakan seorang astronom yang baru saja bergabung dengan Observatorium Lowell di Arizona ditugaskan untuk mengidentifikasi pelakunya.

Setelah beberapa bulan, ia berhasil menemukan objek bulat berbatu di luar Uranus yang ia yakini sebagai penyebab ketidakteraturan orbit Uranus. Benda itu kemudian diberi nama Pluto, yang diambil dari nama dewa dunia bawah dalam mitologi Romawi.

Meski lebih kecil dari beberapa bulan yang telah diketahui, ukurannya cukup besar untuk dianggap sebagai planet.

Namun, para peneliti kemudian mengetahui bahwa Pluto tidak cukup besar untuk memberikan tarikan gravitasi yang diperlukan untuk mempengaruhi orbit Uranus.

Selain itu, pada tahun 1990-an, para astronom menemukan bahwa Pluto dikelilingi oleh sejumlah objek yang berukuran serupa.

Pluto merupakan bagian dari wilayah tata surya yang kemudian dinamai Sabuk Kuiper. Hal ini memicu perdebatan tentang status Pluto di dalam jajaran planet, yang mencapai puncaknya pada pertemuan tahun 2006 di Praha.

Dalam pertemuan tersebut, IAU menugaskan sebuah komite kecil untuk membuat ulang definisi "planet".

Mereka menetapkan tiga kriteria untuk planet, yakni:

1. Harus mengorbit mengelilingi Matahari2. Harus memiliki massa yang cukup untuk membuat dirinya berbentuk bulat3. Harus menyingkirkan semua benda langit lainnya, kecuali bulan-bulannya sendiri, dari orbitnya.

Berdasarkan kriteria ketiga, komite tersebut menyatakan Pluto tidak lagi memenuhi syarat sebagai sebuah planet karena posisinya yang terletak di Sabuk Kuiper yang berantakan, di mana terdapat ribuan benda yang berada di luar orbit Neptunus.

Oleh karena itu, Pluto bukanlah objek yang dominan secara gravitasi di lingkungannya. Dengan demikian, definisi baru menyatakan Pluto bukan lagi planet.

Namun, definisi tersebut langsung menuai kritik dari para astronom.

"Definisi tersebut jelas tidak memadai, karena tidak memasukkan eksoplanet," kata Jean-Luc Margot, seorang ilmuwan planet di UCLA, dikutip dari Live Science.

Selain itu, ia menyebut sangat sulit untuk menentukan kapan sebuah benda telah membersihkan orbitnya sendiri. Pluto jelas tidak melakukan hal itu, tetapi menurut beberapa definisi, Mars juga demikian.

Penurunan status Pluto masih menjadi kontroversi bagi sebagian ilmuwan karena cara pengklasifikasiannya.

Philip Metzger, fisikawan planet yang bekerja pada misi New Horizons NASA ke Pluto, sebelumnya telah menunjukkan bahwa IAU tidak mengajukan definisi planet mereka untuk pemungutan suara dari komunitas ilmiah yang lebih besar. Menurutnya, hal ini membuat definisi baru tersebut tidak valid.

Di sisi lain, para ilmuwan yang belum move on dari Pluto dianggap memiliki masalah sentimen. Banyak orang yang tumbuh dengan menganggap Pluto sebagai planet, dan mereka masih berinvestasi secara emosional di dalamnya.

Terlepas dari apakah Pluto itu planet atau planet kerdil, Pluto tetaplah bagian yang menarik dari tata surya, mulai dari "jantung" besar berwarna putih yang terdiri dari nitrogen beku hingga "gunung berapi super" yang memuntahkan es yang diduga bersembunyi di bawah permukaannya.

Mungkin kamu tahu bahwa Pluto dulunya sempat dianggap sebagai salah satu planet di tata surya kita. Namun, saat ini Pluto tidak lagi dianggap planet karena beberapa alasan. Faktanya, status Pluto yang awalnya dianggap planet dapat diturunkan menjadi objek luar angkasa lainnya.

The International Astronomical Union telah menurunkan status Pluto menjadi nonplanet pada 2006 lalu, seperti dicatat dalam laman Library of Congress. Sejak saat itu, oleh ilmuwan, Pluto dinamakan dwarf planet atau planet kerdil (planet katai).

Nah, mengapa Pluto diputuskan untuk tidak lagi dianggap sebagai planet? Inilah beberapa alasan sains kenapa Pluto tidak termasuk planet lagi? Simak artikel dibawah ini!

Baca Juga: Ada Laba-laba di Planet Mars, Berikut Penjelasan Pengamat

Rekomendasi Buku Terkait

Pluto memiliki ukuran yang sama dengan bulan

Pluto membutuhkan waktu 248 tahun bumi untuk berevolusi mengitari Matahari. Namun, Pluto baru ditemukan pada tahun 1930 sehingga pada saat ini Pluto masih membutuhkan waktu 150 tahun bumi untuk menyelesaikan satu perjalanan mengitari Matahari.

Lokasi Pluto diketahui sangat jauh dari Matahari. Hal ini menyebabkan cahaya matahari membutuhkan waktu selama lebih dari lima jam untuk mencapai Pluto. Waktu tersebut merupakan waktu yang sangat panjang mengingat cahaya matahari hanya membutuhkan waktu delapan menit untuk mencapai Bumi.

Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Pluto tidak lagi dianggap sebagai planet dalam tata surya kita?

Pada tahun 2006, International Astronomical Union (IAU) membuat keputusan yang kontroversial untuk mendefinisikan ulang kata "planet", dan akibatnya, Pluto diturunkan statusnya menjadi planet kerdil.

Keputusan ini memicu perdebatan sengit di antara para ilmuwan dan publik, dan hingga saat ini, masih banyak yang mempertanyakan alasan di baliknya.

Artikel ini akan mengupas sejarah dan kontroversi seputar klasifikasi ulang Pluto. Kita akan menjelajahi definisi "planet" yang terus berkembang dan bagaimana Pluto tidak lagi memenuhi kriteria tersebut.

Kita juga akan melihat bagaimana penemuan baru di tata surya kita menantang pemahaman kita tentang planet dan mengaburkan garis antara planet dan objek lain.

Arti Sebuah Planet yang "Menyingkirkan" Pluto

Melansir Space.com, ata "planet" berasal dari bahasa Yunani "planetes" yang berarti "bintang yang mengembara".

Lima planet klasik - Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus - dapat dilihat dengan mata telanjang dan tampak bergerak melintasi langit dengan jalur yang berbeda dibandingkan bintang-bintang lain yang lebih jauh.

Setelah teleskop ditemukan, astronom menemukan dua planet baru, Uranus dan Neptunus, yang terlalu redup untuk dilihat dengan mata telanjang.

Ketika para astronom menemukan Ceres (sekarang dikategorikan sebagai planet kerdil), mereka awalnya memasukkannya sebagai "planet".

Namun, pandangan ini berubah seiring dengan pengukuran yang lebih akurat yang menunjukkan ukuran Ceres lebih kecil daripada planet lain yang diketahui saat itu.

Baca Juga: Cerita di Balik Pluto, Dewa Dunia Bawah Romawi Kini Jadi Nama Planet

Akhirnya, Ceres dikelompokkan ke dalam kelompok benda berbatu yang disebut "asteroid", yang kini jumlahnya ratusan ribu hanya di sabuk asteroid saja.

Pluto ditemukan dan diklasifikasikan sebagai planet pada tahun 1930.

Namun, orbit Pluto sangat elips, atau lonjong, sehingga selama 20 tahun dari periode orbitnya yang 248 tahun, Pluto justru lebih dekat ke Matahari dibandingkan Neptunus.

NASA/Johns Hopkins University Gambar Pluto diambil oleh New Horizons pada 14 Juli 2015, dari jarak 22.025 mil (35.445 kilometer). Pelajari mengapa Pluto tidak lagi dianggap sebagai planet dalam tata surya kita dan bagaimana definisi 'planet' terus berkembang.

NASA/Johns Hopkins University

Gambar Pluto diambil oleh New Horizons pada 14 Juli 2015, dari jarak 22.025 mil (35.445 kilometer). Pelajari mengapa Pluto tidak lagi dianggap sebagai planet dalam tata surya kita dan bagaimana definisi 'planet' terus berkembang.

Selain itu, orbit Pluto juga miring terhadap ekliptika, yaitu bidang tempat planet-planet lain di tata surya mengorbit.

Pada tahun 1992, para ilmuwan menemukan objek pertama di Sabuk Kuiper, yakni 1992 QB1, sebuah benda kecil yang mengorbit di sekitar Pluto dan melampaui orbit Neptunus.

Segera setelahnya, lebih banyak objek serupa ditemukan, membentuk sabuk objek beku yang kecil, mirip dengan sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter.

Meskipun Pluto tetap menjadi yang terbesar di wilayah ini, pada Juli 2005, para astronom menemukan Eris, yang pada awalnya diperkirakan lebih besar dari Pluto.

Penemuan tentang orbit Pluto inilah yang kemudian memicu perubahan klasifikasi Pluto.

Misi New Horizons dan Perdebatan Planet

Namun, keputusan IAU untuk menurunkan status Pluto tidak diterima semua pihak. "Saya malu dengan dunia astronomi," kata Alan Stern, pemimpin misi New Horizons NASA yang melintasi Pluto di tahun 2015, kepada Space.com. Ia menambahkan bahwa kurang dari 5 persen astronom dari 10.000 astronom di dunia yang berpartisipasi dalam pemungutan suara.

Baca Juga: Mengejutkan! Orbit Pluto Berbeda dengan yang Lain, Sangat Kacau!

Misi New Horizons menjadi titik balik yang signifikan dalam perdebatan planet. Pesawat ruang angkasa ini berhasil terbang mendekati Pluto dan mengungkapkan dunia yang jauh lebih dinamis daripada yang dibayangkan sebelumnya.

Gunung-gunung besar, kawah yang terhantam meteor, dan tanda-tanda aliran cairan di permukaan Pluto semuanya mengarah pada dunia yang mengalami perubahan geologi besar-besaran sejak terbentuk.

Berdasarkan hal ini saja, orang-orang seperti Stern berpendapat bahwa Pluto seharusnya dianggap sebagai planet karena merupakan tempat yang dinamis, bukan benda statis yang hanya permukaannya terganggu oleh mikrometeoroid.

Pemandangan Charon, bulan Pluto, juga menunjukkan tempat yang sangat aktif, termasuk topi merah di kutubnya yang tampak berubah penampilan seiring dengan perubahan musim yang lambat di tata surya bagian luar.

Selain itu, Pluto memiliki beberapa bulan, sementara dua planet yang sudah mapan, Merkurius dan Venus, tidak memiliki bulan. (Banyak asteroid dan planet kerdil juga memiliki bulan, yang semakin memperumit definisi planet.)

Pandangan tersebut diamini oleh banyak masyarakat umum. Pada tahun 2014, tak lama sebelum misi New Horizons melintasi Pluto, para ahli di Pusat Astrofisika Harvard & Smithsonian (CfA) di Cambridge, Massachusetts, memperdebatkan definisi planet yang berbeda.

Sejarawan sains Owen Gingerich, yang memimpin komite definisi planet IAU, menyatakan bahwa "planet adalah kata yang didefinisikan secara budaya dan berubah seiring waktu."

Namun, penonton yang menyaksikan debat CfA sebagian besar memilih definisi peserta lain - definisi yang akan mengembalikan Pluto ke dalam kelompok planet.

Skema klasifikasi alternatif terus bermunculan. Sebuah proposal di tahun 2017 mendefinisikan planet sebagai "objek bulat di luar angkasa yang lebih kecil dari bintang."

Ini akan membuat Pluto menjadi planet lagi, tetapi juga akan memasukkan Bulan milik Bumi dan banyak bulan lainnya di tata surya, sehingga jumlah total planet yang diakui secara resmi menjadi 110.

Setahun kemudian, Stern, bersama dengan ilmuwan planet David Grinspoon, menulis artikel opini di The Washington Post yang berpendapat bahwa definisi IAU dibuat terburu-buru dan cacat serta para astronom harus mempertimbangkan kembali definisi tersebut.

Baca Juga: Tak Hanya Dingin dan Mati, Tapi Pluto Juga Memiliki Lanskap yang Unik

Akankah Pluto Menjadi Planet Lagi?

Permohonan tersebut sejauh ini belum dihiraukan, dan tampaknya IAU tidak akan membahas kembali kontroversi ini dalam waktu dekat. Ahli astrofisika Ethan Siegel menanggapi Stern dan Grinspoon di Forbes dengan menulis: "Fakta sederhana adalah bahwa Pluto salah diklasifikasikan ketika pertama kali ditemukan; itu tidak pernah setara dengan delapan planet lainnya."

Mike Brown turut angkat bicara. "Jadi, Pluto tetap bukan planet. Sebenarnya, tidak pernah demikian. Kita hanya salah paham selama 50 tahun. Sekarang, kita tahu lebih baik. Rasa nostalgia terhadap Pluto bukanlah argumen yang tepat untuk mengembalikan statusnya sebagai planet, dan itulah yang ada saat ini. Mari kita hadapi kenyataan," tulis Brown di Twitter, di mana ia menggunakan nama pengguna @plutokiller untuk menunjukkan perannya dalam perubahan definisi Pluto.

Meskipun Pluto tidak lagi dianggap sebagai planet, ia tetap menjadi objek yang menarik dan penuh misteri di tata surya kita.

Penemuan New Horizons pada tahun 2015 telah memberi kita wawasan baru tentang Pluto dan bulan-bulannya, dan penelitian yang sedang berlangsung terus mengungkap lebih banyak tentang dunia yang jauh ini.

Klasifikasi ulang Pluto mungkin memicu kontroversi, tetapi ini juga merupakan pengingat bahwa sains adalah proses yang dinamis dan terus berkembang.

Seiring dengan semakin banyaknya pengetahuan yang kita peroleh tentang alam semesta, definisi dan pemahaman kita tentang planet mungkin perlu diubah lagi.

Pada akhirnya, pertanyaan "mengapa Pluto tidak lagi dianggap sebagai planet dalam tata surya kita?" adalah pertanyaan yang mencerminkan sifat penemuan ilmiah dan mendorong kita untuk terus menjelajahi dan mempelajari alam semesta yang menakjubkan di sekitar kita.

Kehidupan Para Helot, Budak Bangsa Sparta pada Zaman Yunani Kuno

Haii, Grameds! Gimana ini kabar kalian semua? Semoga selalu dalam keadaan sehat ya! Oh, ya, Grameds, pernahkah kalian membayangkan betapa luas dan beragamnya alam semesta kita? Di Tata Surya kita saja, terdapat planet-planet dengan ukuran dan karakteristik yang sangat berbeda seperti Jupiter dan Merkurius, kedua planet yang kontrasnya bagaikan bumi dan langit. Dalam artikel kali ini, kita akan membahas planet terbesar dan planet terkecil di tata surya kita! Siapkan diri kalian untuk menjelajahi petualangan antariksa yang menarik ini ya! Yuk, kita mulai!

Grameds, sudah pada tahu belum sih sebenarnya apa itu planet? Kita ketahui bersama yuk! Planet adalah benda langit yang mengorbit sebuah bintang atau sisa bintang dan cukup besar untuk memiliki gravitasi sendiri yang membuatnya berbentuk bulat atau hampir bulat. Planet juga harus memiliki orbit yang jelas, artinya tidak ada benda lain yang sama besar atau lebih besar yang berbagi orbitnya. Di dalam tata surya kita, planet-planet mengelilingi matahari dan terbagi menjadi planet dalam (Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars) serta planet luar (Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus). Masing-masing planet memiliki karakteristik unik terkait ukuran, komposisi, atmosfer, dan fenomena permukaan.

sumber: Universe Today

Tata surya adalah sistem planet yang terdiri dari matahari sebagai pusatnya dan semua objek yang mengorbitnya, termasuk delapan planet, satelit alami (bulan), planet kerdil, asteroid, komet, dan debu serta gas antarplanet. Tata surya terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu dari runtuhnya awan gas dan debu raksasa.

Berikut adalah komponen utama dalam tata surya:

Matahari adalah bintang di pusat Tata Surya kita, sebuah bola gas raksasa yang memancarkan cahaya dan panas akibat reaksi fusi nuklir di intinya. Energi yang dihasilkan Matahari sangat penting bagi kehidupan di Bumi, menyediakan cahaya, panas, dan energi yang dibutuhkan untuk fotosintesis dan proses lainnya. Matahari juga merupakan objek terbesar di Tata Surya, mengandung lebih dari 99,8% massa total sistem ini.

Planet adalah benda langit yang mengorbit Matahari, memiliki massa yang cukup untuk membentuk diri menjadi bulat karena gravitasinya sendiri, dan telah membersihkan lingkungan orbitnya dari benda-benda langit lain. Ada delapan planet di Tata Surya kita: Merkurius, Venus, Bumi, Mars (planet dalam/terrestrial), Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus (planet luar/gas raksasa). Masing-masing planet memiliki karakteristik unik, seperti ukuran, komposisi, atmosfer, dan suhu.

Planet kerdil adalah benda langit yang mengorbit Matahari dan memiliki massa yang cukup untuk membentuk diri menjadi bulat karena gravitasinya sendiri, tetapi belum membersihkan lingkungan orbitnya dari benda-benda langit lain. Ada lima planet kerdil yang diakui secara resmi di Tata Surya kita: Pluto, Eris, Haumea, Makemake, dan Ceres. Planet kerdil biasanya lebih kecil dari planet dan seringkali berbagi orbitnya dengan objek-objek lain di Sabuk Kuiper atau Sabuk Asteroid.

Satelit Alami (Bulan)

Satelit alami adalah benda langit yang mengorbit sebuah planet atau benda langit lainnya yang lebih besar. Bulan adalah contoh satelit alami Bumi. Satelit alami dapat memiliki berbagai ukuran dan komposisi, mulai dari bulan berbatu seperti Bulan kita hingga bulan es seperti beberapa satelit Jupiter dan Saturnus. Mereka memainkan peran penting dalam sistem planet, mempengaruhi pasang surut laut, menstabilkan rotasi planet, dan bahkan dapat memiliki atmosfer sendiri.

Ukuran Pluto terlalu kecil untuk dianggap sebagai sebuah planet

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Terlepas dari keadaan orbitnya yang aneh, Pluto memang sudah selayaknya tidak disebut sebagai planet. Pasalnya, ukuran Pluto sangat kecil dan timpang jika dibandingkan dengan planet-planet lainnya. Oke, memang ukuran Pluto tidak kecil-kecil amat, namun jika kamu belajar mengenai astronomi, kamu akan tahu bahwa ukuran Pluto memang tidak sebanding dengan planet normal lainnya.

Bahkan, Pluto memiliki ukuran yang lebih kecil ketimbang Bulan. Ya, dicatat dalam Universe Today, diameter Pluto hanya mencapai 2.390 km dan itu adalah ukuran dari 70 persen Bulan atau 18 persen ukuran Bumi. Persoalan ukuran sebuah objek angkasa memang sempat menjadi perdebatan ilmiah di antara kalangan akademisi.

Namun, jika memang ukuran dan massa sebuah objek angkasa terlalu kecil, seharusnya ia tidak dapat membentuk orbit yang sempurna dan mustahil kekuatan gravitasinya dapat menyapu bersih objek-objek di sekitarnya. Ingat bahwa gravitasi planet haruslah mendominasi lintasan orbitnya. Rupanya, kecilnya massa dan ukuran Pluto membuat Pluto menjadi objek dengan orbit yang "cacat".

Pembentukan awal Pluto yang berbeda dengan pembentukan planet pada umumnya

Pluto memang berbentuk bulat dan bergerak mengelilingi Matahari. Namun, kedua hal itu belum cukup untuk mengukuhkan Pluto menjadi sebuah planet dalam tata surya kita. Kemungkinan besar, pada zaman dulu, pembentukan Pluto tidaklah sama dengan pembentukan awal-awal planet di tata surya kita, seperti diulas dalam laman Space.

Sekitar 4,6 miliar tahun lalu, tata surya hanyalah kumpulan gas dan awan debu yang dikenal sebagai nebula. Gaya gravitasi yang cukup masif meruntuhkan dan melekatkan objek-objek angkasa menjadi sebuah bintang besar di tengah nebula bernama Matahari. Nah, dengan adanya Matahari, partikel lainnya juga mulai berkumpul dan berputar membentuk bulatan objek angkasa lainnya.

Pluto terbentuk dari batuan padat dan kemungkinan menjadi yang pertama terbentuk dalam pembentukan di awal-awal tata surya kita. Batuan besar (cikal bakal Pluto) tadi memiliki gravitasi yang cukup untuk mengikat material seperti es dan gas untuk berkumpul dan membentuk bulatan mirip planet.

Namun, pada proses selanjutnya, Pluto telah gagal menghasilkan massa yang cukup untuk membentuk sebuah gaya gravitasi besar layaknya planet-planet utuh lainnya. Studi mengenai pembentukan awal planet kerdil ini memang baru di teliti di zaman modern. Dengan pembentukan "setengah matang" ini, Pluto menjadi objek paling unik di tata surya kita.

Keunikan Pluto tersebut juga diamini oleh Scott Kenyon, seorang ahli astronomi dan fisikawan dari Harvard Smithsonian Center. Faktanya, dengan ukuran kerdilnya, objek seperti Pluto masih tetap berada dalam orbitnya meskipun belum dikatakan sempurna layaknya orbit planet lainnya.

Baca Juga: 7 Fakta Unik Makemake, Planet Katai Dingin yang Masa Orbitnya 3 Abad

Satelit Alami (Bulan)

Satelit alami adalah benda langit yang mengorbit sebuah planet atau benda langit lainnya yang lebih besar. Bulan adalah contoh satelit alami Bumi. Satelit alami dapat memiliki berbagai ukuran dan komposisi, mulai dari bulan berbatu seperti Bulan kita hingga bulan es seperti beberapa satelit Jupiter dan Saturnus. Mereka memainkan peran penting dalam sistem planet, mempengaruhi pasang surut laut, menstabilkan rotasi planet, dan bahkan dapat memiliki atmosfer sendiri.

Kriteria Disebut Planet

Aturan baru terkait sebuah planet diadopsi dari International Astronomical Union. Berikut syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi sebuah planet:

Sebuah planet pasti bulat

Sebuah planet harus mengorbit pada matahari

Sebuah planet harus membersihkan lingkungan dari orbitnya. Artinya pada saat sebuah planet bergerak, gravitasinya harus mampu untuk membersihkan ruang di sekitarnya dari objek lain. Beberapa objek yang dibersihkan itu dapat saja menabrak planet tersebut ataupun menjadi bulan bagi planet tersebut.

Asal Mula Terjadinya Alam Semesta, Galaksi, Tata Surya, dan Kita

Manusia berusaha mencari tahu asal mula dirinya dan segalanya sejak dulu. Penelitian sains telah mengungkapkan bahwa asal mula manusia bukan hanya dari Bumi, melainkan juga bintang-bintang dan alam semesta. Kisah asal mula kita merentang sampai awal waktu serta kelahiran ruang dan seluruh zat. Asal Mula menceritakan bagaimana terjadinya alam semsta, bintang-bintang, planet-planet, dan kehidupan berdasarkan temuan-temuan sains, yang menunjukan betapa megahnya kosmos dan bagaimana kedudukan kita di dalamnya.

Asteroid dan Sabuk Asteroid

Asteroid adalah benda berbatu yang lebih kecil dari planet, sebagian besar terletak di Sabuk Asteroid antara Mars dan Jupiter. Sabuk Asteroid diyakini merupakan sisa-sisa materi dari pembentukan Tata Surya yang tidak pernah bergabung menjadi planet. Asteroid memiliki berbagai ukuran, dari beberapa meter hingga ratusan kilometer. Beberapa asteroid memiliki satelit alami sendiri, dan beberapa bahkan memiliki potensi untuk mengandung air dan bahan organik.

Komet adalah benda es yang mengorbit Matahari dengan orbit yang sangat lonjong. Ketika komet mendekati Matahari, esnya menguap dan membentuk koma (atmosfer sementara) dan ekor yang khas. Ekor komet selalu menjauhi Matahari karena tekanan radiasi matahari dan angin matahari.